Halaman

Senin, 07 Januari 2013

Menyongsong Kampung Bahasa Sulawesi (KBS)


“Pendidikan alternatif ala Kampung Bahasa Pare & Peluang Kampung Bahasa Sulawesi”
Itulah tema diskusi publik yang diselenggarakan oleh Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS), pada hari kamis 6 september 2012 yang bertempat di Politeknik Negeri Ujung pandang, dengan dukungan beberapa lembaga bahasa Inggris kampus, English club, dan praktisi serta pemerhati pendidikan, nampaknya Kampung Bahasa Sulawesi yang mulai mewacana beberapa tahun terakhir akan menemui titik terang. Kepala dinas pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi-selatan, Drs. H. Abdullah Djabbar, M.Pd akan menjadi pembicara utama pada agenda diskusi tersebut, dengan didampingi oleh Direktur sekolah Islam Athira Makassar, Drs. Edi Sutarto, M.Pd, dan penulis buku ” Pare dan Catatan Tak Usai”, A. Zulkarnain.

Inisiatif mendirikan Kampung Bahasa Sulawesi, berawal dari keperihatinan terhadap kondisi dunia pendidikan di Indonesia, bisa dibayangkan mereka yang hanya belajar satu tahun di Pare, kediri dengan fokus misalnya bahasa Inggris dapat mengungguli kualitas keilmuan mereka yang belajar bahasa Inggris lewat bangku perkuliahan. Akhirnya dari diskusi-diskusi yang intens dilaksanakan oleh sebuah organisasi kedaerahan pelajar asal sulawesi yang berkedudukan di Pare, Association of Sulawesi Students (ASSET), wacana kampung bahasa Sulawesi semakin meluas, dan mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak, maka dengan dorongan semangat tersebut dibentuklah Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS) sebagai wadah independent untuk mengawal  terwujudnya tujuan tersebut, yang salah satunya dengan mengagendakan berbagai kegiatan stimulus untuk mempercepat berdirinya Kampung Bahasa Sulawesi (KBS).

Kampung Bahasa Pare yang terletak di Kecamatan Pare, kab. kediri Jawa Timur, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mampu menjadi sentral pembelajaran bahasa asing (utamanya bahasa Inggris) yang terjangkau dengan coraknya yang sangat khas, memotivasi anak-anak muda asal Sulawesi yang pernah belajar di Pare untuk membentuk sebuah kawasan pendidikan dengan konsep dan metodologi pembelajaran kurang lebih ala Pare di Sulawesi. Dari segi potensi dan sumber daya manusia peluang berdirinya Kampung Bahasa Sulawesi akan menjadi harapan baru bagi dunia pendidikan, mengingat mayoritas pelajar luar pulau Jawa yang datang ke Pare adalah pelajar asal Sulawesi, hal itu merupakan bukti tingginya minat belajar masyarakat Sulawesi, maka rencana  pendirian Kampung Bahasa Sulawesi harus senantiasa didukung oleh semua kalangan.

Kampung Bahasa Sulawesi yang telah lama dicita-citakan akan menjadi salah satu prototipe  dunia pendidikan non-formal  yang akan menjadi wadah transformasi pengetahuan yang aktif, berkaca pada kesuksesan kampung Bahasa Pare yang telah melahirkan puluhan ribu alumni, kampung bahasa sulawesipun nantinya diharapkan dapat melahirkan generasi-generasi yang unggul. Dalam grand concept Kampung Bahasa Sulawesi, ada lima nilai yang akan menjadi landasan utama dalam menjaga iklim pendidikan dan harus dijaga oleh semua kalangan yang akan meramaikan keberhidupan Kampung Bahasa Sulawesi nantinya, yakni prinsip pendidikan yang murah, merakyat, berkualitas, berkarakter dan religius, kelima nilai tersebut harus menjadi ruh yang akan menciptakan nuansa pendidikan yang ideal, karena  tujuan didirikannya kampung bahasa ini adalah untuk melawan elitisasi pendidikan yang  menggusur hak rakyat kecil untuk belajar secara layak,  mengimbangi konsep pendidikan  sekuler yang cenderung memisahkan kecerdasan nalar-intelektual dengan karakter dan moralitas, serta membukitkan  bahwa untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas tidak harus dengan biaya yang selangit, konsep pendidikan seperti itu merupakan sebuah cita-cita ideal,  tinggal bagaimana berjibaku dengan waktu dan konsisten mengawal agenda mulia tersebut, berdirinya kampung bahasa di kampung sendiri akan segera terwujud.

Pemilihan lokasi yang kondusif  juga merupakan hal yang sangat penting, mengingat untuk menghadirkan sebuah lokalisasi pendidikan yang sehat, posisi  geografis wilayah dan kondisi sosiologis masyarakat juga harus diperhatikan. Saat ini ada beberapa opsi daerah yang diajukan, yakni wilayah yang terletak di Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba Sul-sel,  mengingat wilayah dikedua kabupaten tersebut memiliki posisi yang cukup strategis, namun tentunya keputusan akhir (fnal risult) terlebih dahulu melalui pertimbangan-pertimbangan yang salah satunya berasal dari hasil diskusi publik tersebut.

Berdirinya Kampung Bahasa Sulawesi nantinya diharapkan mampu menjadi inspirasi dan motivasi  bagi daerah lain untuk menciptakan kampung-kampung pendidikan, demi pemerataan kecerdasan, karena cerdas dan berpendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang secara jelas termaktub dalam Undang-undang dasar negara ini, maka ketika pemerintah tidak mampu memenuhi amanat konstitusional tersebut, maka rakyat harus mengambil peran-peran strategis untk mewujudkannya, minimal harapan tu dapat terwujud dalam skala lokal dan kemudian secara bertahap akan terlaksana secara nasional. Semoga !